Wadah Profesionalisme Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Negeri dan Swasta Jakarta Barat 2 Provinsi DKI Jakarta

PEMANFAATAN APLIKASI POSTER DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS PESERTA DIDIK BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL UNTUK MENGANALISIS, MENGEVALUASI, DAN MEMBUAT CAPTION. (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XII TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA)

Oleh: Suzanna Clarinda, S.Sos, M.Pd


KATA PENGANTAR

          Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Aplikasi Poster Digital sebagai Media Pembelajaran untuk Menanamkan Pendidikan Karakter Nasionalis Peserta Didik Berorientasi Higher Order Thinking Skills (Hots) pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital untuk Menganalisis, Mengevaluasi, Dan Membuat Caption sebagai syarat keikutsertaan Penulis dalam Lomba Olimpiade Guru Nasional (OGN) Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus tahun 2019.
          Memasuki era revolusi indutri 4.0 menuntut masyakat untuk berfikir lebih tinggi guna mengantisipasi permasalahan yang terjadi di era digital. Berbagai perubahan terjadi dengan pesat, bukan hanya dalam hal perkembangan ilmu pengertahuan tetapi juga pergeseran moral masyarakat akibat terbukanya akses informasi secara luas. Oleh karena itu, Penguatan Pendidikan Karakter juga harus diterapkan agar dapat menangkal pengaruh negatif arus informasi yang dapat merusak tatanan kehidupan beragama dan bernegara.
          Sebagai seorang guru, Penulis merasa penting untuk mengintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter yang berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Artikel ilmiah ini menjabarkan bagaimana penanaman karakter dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris yang berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Penulis menyadari bahwa artikel ilmiah ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya. Oleh sebab itu, kritikan yang membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga artikel ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran.
                                                           
                                                                                         Jakarta, Februari 2019
                                                                                               
   Penulis



DAFTAR ISI

Halaman Judul 
Kata Pengantar .............................................................................. ………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………ii
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………...iii
Bab I. PENDAHULUAN ......................................................................................................1
Latar Belakang ................................................................................................................1
A.    Rumusan Masalah .....................................................................................................3
B.     Tujuan ....................................................................................................................... 4
C.     Manfaat ..................................................................................................................... 4
Bab II. KAJIAN TEORI  ......................................................................................................            6
A.    Pendidikan Karakter  ………………........................................................................ 6
B.     Higher Order Thinking Skill (HOTS)........................................................................  7
C.     Caption  ......................................................................... ………………………... 9
D.    Poster Digital ……………………………………………………………………… 12
Bab III. PEMBAHASAN .....................................................................................................            14
A.    Ide Awal Pemilihan Media Digital Poster ................................................................ 14
B.     Pelaksanaan Kegiatan ……………………………………………………………... 15
C.     Hasil yang Dicapai …................................................................................................ 18
D.    Kendala yang Dihadapi ………………………………….          …………………………   19
Bab IV. KESIMPULAN  ………………..............................................................................            21

Daftar Pustaka  ………………………..…………………………………………………... 22








DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Contoh Gambar 1 dengan Teks Penyerta Gambar (caption) …………   11
Gambar 2: Contoh Gambar Poster ………………………………………………..   13
Gambar 3: Contoh Gambar 2 dengan teks penyerta gambar (caption) …………..    17      
Gambar 4: Kumpulan Penugasan Poster Digital ………………………………….   20

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Sebuah negara dapat berkembang dengan hebat apabila memiliki penduduk yang mempunyai pemikiran kuat akan masa depan tetapi juga tidak melupakan akar budaya bangsanya sendiri. Sebagai negara yang memiliki beragam suku bangsa dan budaya, sudah selayaknya masyarakat Indonesia memiliki karakter kokoh untuk menghadapi segala perubahan pesat di segala bidang tanpa melupakan akar budaya bangsa sendiri.
Pendidikan karakter telah lebih dahulu disampaikan sejak dahulu kala oleh tokoh Pendidikan Nasional, Bapak Ki Hadjar Dewantara. Beliau mengistilahkan Pendidikan karakter dengan nama Pendidikan Budi Pekerti yang merupakan inti dari dunia pendidikan[1]. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa kecerdasan memang diperlukan, tetapi jika tidak diimbangi dengan budi pekerti atau karakter, maka akan menjerumuskan kehidupannya sendiri.
Sampai saat ini, penguatan pendidikan karakter terus dikembangkan. Hal ini seiring dengan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertulis di dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang berartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Penanaman pendidikan karakter terus diperkuat oleh pemerintah melalui Pencanangan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diatur secara resmi melalui Peraturan Presiden No. 87/2017. Peraturan Presiden ini dijadikan sebagai landasan awal untuk kembali mengokohkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Dalam pasal 1 ayat (1) tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang menyatakan pendidikan karakter sebagai:
 Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)”. [2]
Dari pasal tersebut secara jelas disebutkan bahwa satuan pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk memperkuat pendidikan karakter. Guru sebagai bagian dari anggota satuan pendidikan mempunyai peranan yang utama untuk menanamkan pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan khususnya karakter yang berkaitan dengan identitas bangsa. Pendidikan karakter tidak harus menjadi mata pelajaran khusus, tetapi pendidikan karakter dapat terintegrasi dengan mata pelajaran manapun.
Pentingnya penguatan pendidikan karakter dapat menjadi benteng bagi peserta didik dalam menyaring informasi yang tersebar luas. Saat ini Indonesia memasuki era revolusi induustri 4.0 yang memicu pesatnya perubahan di berbagai bidang. Karakter yang kuat disertai dengan cara berfikir yang tinggi akan membuat seseorang lebih siap untuk mampu bersaing serta mengantisipasi perkembangan dan kebutuhan abad 21.
Berpikir kritis, Kreatif, Kolaborasi, and Komunikasi adalah keterampilan inti yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan abad 21. Seseorang yang terbiasa berfikir kritis dan kreatif akan lebih mampu memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di tengah perubahan atas peradaban manusia di era digital. Sedangkan kemampuan bekerja sama dan komunikasi menjadi salah satu kunci untuk mengembangkan dan mengutarakan ide-idenya, karena sehebat apapun ide yang tercetus dalam pikiran seseorang jika tidak dikomunikasikan kepada orang lain maka dengan sendirinya akan padam. 
Agar dapat lebih mahir menerapkan 4 macam keterampilan abad 21 dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik hendaknya dibiasakan untuk mengolah keterampilan berfikir lebih tinggi yang lebih dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS). Mengacu kepada taksonomi yang disampaikan oleh Benjamin S Bloom yang selanjutnya direvisi oleh Lorin W. Anderson, klasifikasi ranah kognitif terbagi atas Lower Order Thinking Skill (LOTS) yang terdiri dari remembering (C1), understanding (C2), applying (C3), serta Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang terdiri dari analysing (C4), evaluating (C5), dan creating (C6).
Ketiga elemen Higher Order Thinking Skill (HOTS) ini menuntut peserta didik untuk mampu mengembangkan spesifikasi elemen-elemen dari sebuah konteks tertentu (analisis), mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi (evaluasi), serta mampu berfikir dalam membangun dan mengembangkan gagasan (kreasi).[3]
Sebagai seorang guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris, Penulis merasa tertantang untuk mengintegrasi pendidikan karakter nasionalis berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran dengan tetap mengacu kepada materi pelajaran yang sedang diajarkan. Kompetensi Dasar pada kegiatan kali ini yang dipilih Penulis adalah KD 3.5. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan konteks penggunaannya.
Muara akhir dari kegiatan ini adalah menugaskan peserta didik untuk membuat satu poster beserta teks penyerta gambar (caption) dengan tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”. Kegiatan ini melibatkan proses kreatifitas peserta didik untuk menuangkan ide yang ada dalam benaknya ke dalam media poster. Selanjutnya peserta didik menganalisis, mengevaluasi, serta membuat poster beserta teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan tema yang ditentukan.

B.       RUMUSAN MASALAH
Revolusi industri 4.0 menuntut seseorang untuk berfikir lebih kritis dan kreatif sesuai dengan berubahnya peradaban dunia menuju era digital. Untuk itu, guru hendaknya memberikan stimulasi yang cukup agar kemampuan berfikir peserta didik dapat memenuhi tuntutan abad 21 melalui pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Namun demikian, selain memperhatikan peningkatan kualitas berfikir peserta didik, guru juga hendaknya tetap menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Karena sejatinya ilmu yang tinggi tanpa dilandasi karakter yang kokoh akan terasa hampa dan lama kelamaan bisa saja terbawa arus negatif perubahan zaman.
Tantangan utama seorang pendidik saat ini adalah bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter dan Higher Order Thinking Skill ke dalam proses pembelajaran secara bersaamaan. Rumusan masalah yang disampaikan adalah:
1.      Apakah tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM” dapat diterapkan untuk mengintegrasi pembelajaran dalam menanamkan pendidikan karakter nasionalis yang berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS)?
2.      Bagaimana mengefektifkan media poster digital sebagai alat untuk menanamkan pendidikan karakter nasionalis peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris berorientas Higher Order Thinking Skill (HOTS) untuk meningkatkan kemampuan literasi digital dalam menganalisis, mengevaluasi, dan membuat teks penyerta gambar (caption)?

C.       TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.        Menanamkan pendidikan karater Nasionalisme bagi peserta didik melalui pemilihan tema tentang “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
2.        Membiasakan peserta didik untuk dapat terampil dalam berfikir tingkat tinggi dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta suatu produk tema yang telah ditetapkan;
3.        Sebagai salah satu syarat dalam keikutsertaan lomba Olimpiade Guru Nasional Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Tahun 2019.

D.      MANFAAT
Bagi Guru
1.      Meningkatkan kualitas penerapan pendidikan karakter nasionalis peserta didik melalui pemberian tugas membuat poster “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
2.      Melatih peserta didik untuk lebih meningkatkan keterampilan peserta didik untuk berfikir lebih tinggi atau yang dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam proses pembelajaran melalui tahapan menganalisis, mengevaluasi, dan hasil akhirnya mencipta suatu produk sesuai dengan tema yang ditetapkan;
3.      Memberikan variasi stimulus untuk peserta didik agar tidak merasa bosan;
4.      Lebih melibatkan peserta didik secara aktif untuk mengembangkan ide kretifnya.
5.      Dapat berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain seperti misalnya guru keahlian produktif Komputer dan Jaringan untuk berdiskusi mengenai pembuatan rancangan gambar secara digital serta guru mata pelajaran Sejarah untuk berdiskusi mengenai tema yang akan ditetapkan.

Bagi Peserta Didik
1.      Belajar lebih aktif menuangkan ide kreatifnya dalam membuat poster yang bertema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
2.      Meningkatkan cara berfikir lebih tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) karenaproses pembelajaran meliputi kegiatan mulai dari menganalisis, mengevaluasi dan hasil akhirnya adalah menciptakan produk berupa poster sesuai tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
3.      Tidak merasa bosan karena pembelajaran lebih bervariatif dengan penugasan membuat poster.
4.      Memupuk karakter gotong royong dengan saling berbagi ide kreatifitas antar teman.
Bagi Sekolah
1.      Terciptanya daya saing postif antar guru untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang menyenangkan;
2.      Terlaksananya program pemerintah yang diamanatkan kepada pihak sekolah untuk menerapkan penanaman pendidikan karakter serta pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).

BAB II
KAJIAN TEORI

A.      PENDIDIKAN KARAKTER
Kata “Karakter” berasal dari Bahasa Yunani, “Charakter” yang aslinya digunakan untuk menentukan kesan sebuah koin. Secara umum, karakter berarti kesan yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Dalam penggunaan istilah modern, “character” dihubungkan dengan “personality” atau kepribadian. [4]
Definisi karakter diungkapkan oleh John Deweys, “character is composed of all the desires, purposes, and habits that influence conduct. The mind of an individual, ideas, and beliefs are part of character”. [5]
Thomas Lickona sebagaimana dikutip Suyadi mendefinisikan karakter sebagai, “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” [6] Selanjutnya Lickona menyatakan, “Character to conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior.”
Di Indonseia, Program Penguatan Pendidilan Karaker mulai dicanangkan sejak diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan, “Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).”
Terdapat delapan belas karakter yang diatur dalam Peraturan Presiden tersebut, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin kerja, keras, reatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab. Dari ke-delapan belas karakter tersbut selanjutnya dikristalisasi menjadi Lima Nilai Kristalisasi Pendidikan Karakter yang menjadi prioritas pengembangan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dengan tujuan agar seseorang dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lainnya.
1.      Religius
Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Masa Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai, dengan pemeluk agama lain.
2.      Nasionalis
Merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
3.      Integritas
Merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
4.      Mandiri
Sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
5.      Gotong Royong
Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang yang membutuhkan.

B.       HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
Pemikiran Higher Order Thinking Skill (HOTS) bermula dari pemikiran Benjamin S Bloom dalam bukunya yang berjudul “Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goal” (1956) yang mengklasifikasikan tingkatan berfikir seseorang. Konsep ini popular dengan nama “Bloom’s Taxonomy”. [7]
 Konsep berfikir menurut Bloom terbagi ke dalam 3 ranah yaitu Kognitif (keterampilan mental yang berhubungan dengan pengetahuan). Afektif (sikap, emosi, dan perasaan), dan Psikomotorik (kemampuan fisik dalam bentuk keterampilan).

Sebelum dilakukannya revisi, semula Bloom mengkategorikan ranah kognitif ke dalam 6 tingkatan yaitu:
1.      Knowledge (recall or locate information);
Kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali.
2.      Comprehension (understand learned facts);
Kemampuan memahami instruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri.
3.      Application (apply what has been learned to new situations);
Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
4.      Analysis (take part information to examine different parts);
Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen terhadap konsep tersebut secara utuh.
5.      Synthesis (create or invent something; bring together more than one idea);
Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen dalam rangka menciptakan arti/pemahaman/struktur baru.
6.      Evaluation (consider evidence to support conclusions).
Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1994 Lorin Anderson & Krathwol (2001) dalam bukunya yang berjudul “Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy” merevisi ranah kognitif Taksonomi Bloom. Revisi yang dikemukakan adalah:
1.      Remembering (C1)
Mengambil pengetahuan dibutuhkan dari memori jangka panjang. Proses kognitif yang bekaitan dengan kategori ini adalah mengenali dan mengingat kembali.
2.      Understanding (C2)
Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan Digambar oleh guru.
3.      Applying (C3)
Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
4.      Analysing (C4)
Memecah materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian itu dan hubungan atara bagian-bagian tesebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan.
5.      Evaluating (C5)
Mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
6.      Creating (C6)
Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

Jika mengacu kepada Taksonomi Bloom, untuk tahapan remembering (C1), understanding (C2), dan applying (C3) termasuk kategori Lower Order Thinking Skill (LOTS), sedangkan tahapan analysing (C4), evluating (C5), dan creating (C6) termasuk dalam kategori Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Higher Order thinking Skills (HOTS) sudah seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Newman and Whalge (1995) mengungkapkan:
HOTS requires students to manipulate informations an ideas in ways that transform their meaning and implications such as when students combine facts and ideas in order to synthesize, generalize, explain, hypothize, or arrive at some conclusion or interpretation.”[8]

Higher Order thinking Skills (HOTS) yang menggunakan pemikiran tingkat tinggi sangat berperan dalam mempersiapkan kompetensi peserta didik untuk berpikir dengan menggunakan kemampuan analitis, kreatif, intelegensi, untuk kemudian dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. HOTS melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari Taksonomi Bloom. Dengan demikian, peserta didik diharapkan mampu menganalisa, menyelesaikan masalah, dan menerapkan pengetahuan pada konteks kehidupan nyata.

C.       TEKS PENYERTA GAMBAR (CAPTION)
Menurut Kurikulum 2013 untuk pembelajaran Bahasa Inggris, materi Teks Penyerta Gambar (Caption) dipelajari di kelas XII dengan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
3.5         “Menganalisis fungsi social, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan kontek penggunaannya.”
4.7.        “Menangkap makna teks penyerta gambar (caption).”
4.8.        “Menyusun teks penyerta gambar (caption), dengan memperhatikan fungsi social, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.”
Tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari teks penyerta gambar (caption), adalah peserta didik mampu:
1.      Mengerti fungsi sosial, struktur, dan unsur kebahasaan dalam membuat teks penyerta gambar (caption) dalam konteks penggunaannya;
2.      Memiliki pengetahuan tentang strategi untuk membuat teks penyerta gambar (caption) dengan tepat, baik dan dapat dibaca dan dimengerti;
3.    Menulis teks penyerta gambar (caption) dengan mempertimbangkan fungsi social, struktur, dan unsur kebahasaan dengan benar dan sesuai konteks; [9]
Teks penyerta gambar (Caption) adalah sebuah judul, penjelasan pendek atau deskripsi yang menyertai sebuah ilustrasi atau gambar.[10] Penulisan teks penyerta gambar (caption) bisa dalam bentuk kata, frasa atau kalimat. Berikut adalah kriteria dari teks penyerta gambar (caption) yang baik, sebagai berikut:
1.      Secara jelas mengidentifikasikan subjek dari gambar, tanpa merincinya secara nyata;
2.      Menghubungkan gambar dengan tulisan;
3.      Berisi penjelasan dari gambar;
Herman Benyamin menjelaskan dalam video yang diunggah Sumber Belajar SEAMOLEC, mengungkapkan:
A caption means a short explanation that accompanies an article, photograph or illustration. It also a line displaying the dialogue and description of action situations along the bottom of the screen for a movie or television show. In the legal word, a caption is the title of a document. The word also describes the process of creating one of these labels or titles.[11]

Sebagai sebuah teks, Teks penyerta gambar (caption) terbagi juga atas unsur-unsur teks seperti:
1.      Fungsi social dari teks penyerta gambar (caption)
Menjelaskan informasi dasar dari sebuah objek.[12]
2.      Struktur teks dari teks penyerta gambar (caption) terdiri atas:
a.    Picture, yaitu gambar yang dijadikan penulisan teks penyerta gambar (caption);
b.    Content, penjelasan tentang gambar yang disajikan, terdiri atas:
-      Title
-      Lead
-      Section headings
Tetapi ada beberapa jenis teks penyerta gambar (caption) yang hanya berisi kutipan (quotes).
3.      Unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption) sebagai berikut:
a.    Menggunakan kalimat sederhana;
b.    Menggunakan noun phrase, prepositional phrase, adjective phrase;
c.    Dapat menggunakan kalimat tanya;
d.   Dapat menggunakan kalimat seru.
Sebagai contoh, berikut disajikan gambar dan teks penyerta gambar (caption) serta analisis masing-masing unsurnya:

                                                                Gambar 1
Contoh Gambar 1 dengan teks penyerta gambar (caption)

1.      Social function:
To explain some people enjoying the sunsets at Jimbaran beach in 2018.
2.      Text structure
a.    Picture
b.    Content:Releasing your life burden by enjoying the sunsets.
3.      Langage feature:
a.    Using a simple sentence.
b.    Using simple present tense

D.      POSTER DIGITAL
Poster adalah salah satu media publikasi yang tujuannya menyampaikan pesan khalayak. Seringkali poster berupa lembaran kertas yang disajikan di ruang publik (pasar, kantor, mall, sekolah, dan lainnya). Pesan yang disampaikan berisi informasi yang tertentu melalui tulisan (kata-kata) dan/atau symbol/gambar yang bersifat persuasif atau mengajak orang lain. Poster lazimnya dirancang untuk dipertunjukkan di dinding dengan ukuran yang cukup besar untuk dilihat dan dibaca dari jarak yang relatif dekat.[13]
Poster dapat berisi berbagai informasi, di antaranya:
1.        Memanggil penduduk untuk bersatu, berontak atau merayakan sesuatu (poster politik);
2.        Memperingatkan penduduk tentang hal yang membahayakan kesehatan atau bahaya lain dalam masyarakat tertentu (poster edukasi);
3.        Mengumumkan pertunjukan teater, music atau tarian (poster pemasaran).
Fungsi utama poster adalah memberikan pesan kepada pembaca yang sedang melakukan mobilitas. Struktur teks sebuah poster terdiri dari judul, gambar, dan pesan yang akan disampaikan. Sedangkan dari sisi kebahasaan, sebuah poster umumnya menggunakan kalimat ajakan dan dalam bentuk kalimat sederhana.
Saat ini, poster bukan hanya dalam bentuk cetak seperti yang dijelaskan sebelumnya. Poster juga digunakan dalam media digital. Penggunaan media digital di dunia maya bukan hal yang baru lagi. banyak pelaku industri kreatif menggunakan media digital untuk merepresentasikan obbjek secara nyata. Poster digital yang interaktif merupakan salah satu cara menerapkannya agar dapat terjangkau lebih luas dengan mudah dan diterima oleh orang banyak. Poster digital interaktif tidak jauh berbeda dengan format poster pada umumnya. Namun, poster digital lebih menarik dan dapat dengan mudah dicerna.
Desain poster digital umumnya dibuat menggunakan program grafis di computer dan atau digambar manual kemudian dipindai (scanned). Cara lainnya dapat dilakukan dengan difoto digital agar berwujud digital. Tujuan digitalisasi ini adalah untuk mempercepat, mempermudah, dan mengurangi pengeluaran biaya pencetakan.
Pembuatan poster digital dapat dilakukan dengan mengunduh aplikasi secara online. Desain poster digital dapat juga dilakukan melalui telepon selular. Beberapa aplikasi untuk membuat poster digital yang dapat diunduh memlaui telepon selular di antaranya:
2.      Pictochart: https://oiktochart.com/formats/posters/
3.      Poster My Wall: https://www.postermywall.com
4.      Adobe Photoshop
5.      Corel Draw
6.      Dan lain-lain  
Sebagai contoh, berikut disajikan contoh poster digital yang diunduh dari laman “gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/”. Poster ini menggambarkan tentang pentingnya literasi digital yang dapat memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan jangkauan yang lebih luas. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Gambar 2
Contoh Gambar Poster



BAB III
PEMBAHASAN

“SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”

A.      IDE AWAL PEMILIHAN MEDIA DIGITAL POSTER
Pesatnya arus informasi yang merubah peradaban tidak dapat dihindari lagi. Teknologi digital seperti dua sisi mata uang. Kemudahan akses dalam era digital di satu sisi memiliki dampak positif terhadap kemajuan jaman, namun di sisi lain berdampak negatif terhadap penurunan nilai karaker bangsa di kalangan generasi muda.
Kondisi seperti ini menjadi bahan renungan Penulis sebagai seorang guru yang setiap hari berhadapan dengan peserta didik rentang usia remaja. Pemandangan yang terlihat setiap saat adalah mereka sangat tergantung dengan keberadaan telepon selular. Tiada hari yang terlewatkan tanpa sibuk dengan telepon selular. Satu hal yang sulit memisahkan generasi saat ini dengan telepon selularnya.
Dari kondisi ini Penulis mempunyai ide untuk memberikan kesempatan kepada untuk menjadikan telepon selular sebagai media pembelajaran. Dan ternyata respon mereka sangat senang untuk menggunakan telepon selular sebagai media pembelajaran.
Materi yang diajarkan diambil dari Kompetensi Dasar “3.5. Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan konteks penggunaannya”. Dalam pembelajaran kali ini Penulis mengintegrasikan nilai pendidikan karakter dan Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Pada akhir kegiatan diberikan penugasan yaitu membuat rancangan poster sesuai dengan tema yang ditetapkan. Rancangan poster dilakukan dengan menggunakan telepon selular sebagai alat bantunya. Pembelajaran ini melibatkan proses kreatifitas dan peran aktif peserta didik karena mereka dapat mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikirannya serta dapat berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Tema yang diberikan Penulis sesuai dengan Penguatan Pendidikan Karakter Nasionalis yaitu “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
Di saat yang bersamaan, Penulis juga mengaplikasikan pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang dilakukan mulai dari proses pembelajaran sampai dengan penugasan. Higher Order Thinking Skill dilakukan pada tahapan Analysing (C4), Evaluating (C5), dan Creating (C6). Peserta didik ditugaskan untuk menganalisis (C4) teks penyerta gambar (caption) yang terdapat di poster yang diberikan Penulis. Selanjutnya peserta didik juga menentukan dan mengevaluasi (C5) teks penyerta gambar (caption) dalam poster tersebut, pada proses rangkaian Higher Order Thinking Skill yang terakhir yaitu penugasan menciptakan (C6) kreasi poster digital dengan teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan tema yang diberikan yaitu “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.

B.       PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk kegiatan kali ini, Penulis mengambil sample peserta didik kelas XII kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Sesuai dengan program keahliannya, intensitas penggunaan telepon selular pada kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan lebih tinggi dibandingkan dengan jurusan lain. 
Materi yang disampaikan Penulis tentang teks penyerta gambar (caption) dengan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
3.5.       Menganalisis fungsi social, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (Caption) sesuai dengan konteks penggunaannya.
4.7.       Menangkap makna teks penyerta gambar (Caption)
4.8.       Menyusun teks penyerta gambar (caption) dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
Materi tentang teks penyerta gambar (caption) disampaikan di semester 5 kelas XII pada pertemuan ke 14 sampai 16 bertepatan dengan bulan Oktober 2018. Oleh karena itu, ide tema pembuatan teks penyerta gambar (caption) diberi nama “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM
Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan Student Centered Approach yang berfokus kepada peserta didik dalam mengembangkan ide, kemampuan serta keterampilannya untuk mencapai tujuan pembelajaran seutuhnya. Sedangkan untuk proses pembelajarannya menggunakan Scientific Approach yang secara rinci membahas tahap demi tahap bagaimana pembelajaran dilakukan secara ilmiah.
Model pembelajaran yang digunakan Penulis dalam kegiatan ini adalah Problem Based Learning yang dipopulerkan pertama kali olah Barrows dan Tamblyn (1980). Problem Based Learning dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat alamiah yang dapat dapat melatih kecakapan berpikir peserta didik. Pembelajaran dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah.[14] Pada pembelajaran teks penyerta gambar (caption) kali ini tema permasalahan yang disampaikan pada pembelajaran adalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.
Metode pembelajaran yang digunakan adalah Guided Writing Through Symbol. Harmer (1983:103) yang dikutip Ni Made Ratminingsih, “Simbol secara literal didefinisikan sebagai gambar, tanda yang merujuk arti tertentu.[15] Menulis dengan menggunakan simbol adalah salah satu bentu guided writing yaitu peserta didik diberikan symbol tertentu untuk diinterpretasikan dalam melengkapi paragraf. Melalui guided writing peserta didik pada awalnya terhindar dari kebingungan mengenai permasalah yang akan ditulis kerena mereka dituntun dengan simbol dan pertanyaan yang berkaitan dengan topik. Penggunaan guided writing membantu peserta didik mentransfer ide dari perencanaan yang mereka miliki serta memberi kesempatan memotivasi peserta didik untuk menjadi aktif di dalam proses diskusi.
Sebelum memulai materi inti, Penulis menyampaikan tujuan dari pembelajaran membuat teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan Kompetensi Dasar, yaitu:
3.5.       Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption) sesuai dengan kontek penggunaannya.
4.7.       Menangkap makna teks penyerta gambar (caption).
4.8.          Menyusun teks penyerta gambar (caption), dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
Agar peserta didik dapat lebih memahami, Penulis memberikan stimulasi berupa contoh teks penyerta gambar (caption). Dijelaskan pula hal-hal yang terkait dengan penulisan teks penyerta gambar (caption) dan menganalisis unsur-unsur dalam teks yaitu fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaannya.
Dengan menggunakan metode Guided Writing Through Symbol Penulis menunjukkan sebuah gambar disertai teks penyerta gambar (caption). Selanjutnya peserta didiksecar berkelompok  menganalisis fungsi sosial, struktur teks, serta unsur kebahasaan dari gambar yang disajikan.


Sebagai contoh, berikut disajikan contoh gambar disertai dengan  teks penyerta gambar (caption) sebagai rangsangan (stimulasi) awal:



Gambar 3
1.      Social function:
To explain the picture that if we learn seriously, we will be successful.
2.      Generic structure:
a.    Picture: Some students are doing online text.
b.    Content: What we learn seriously, will make us successful.
3.      Laguage feature:
a.    Using simple present tense.
b.    Using noun phrase

Kegiatan berikutnya adalah Penulis memberikan penugasan untuk membuat sebuah poster digital secara berkelompok. Pada waktu dilakukan pembelajaran dengan materi teks penyerta gambar (caption) bertepatan  pada bulan Oktober 2018, di mana setiap tanggal 28 Oktober bangsa Indoseia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Melalui diskusi dengan guru mata pelajaran Sejarah, maka tema yang ditetapkan berhubungan dengan Nasionalisme yaitu “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
Kegiatan inti dalam penugasan berpusat pada peserta didik (student centered).  Kegiatan ini terbagi menjadi 3 tahap, yaitu “Explore – Create – Display”, dengan tahapan sebagai berikut:
1.      Explore
a.       Peserta Didik menentukan ide atau gagasan berupa teks penyerta gambar (caption) yang akan ditulis sesuai dengan tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”. Penulis sebagai fasilitator dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan ide atau gagasan dari tema yang diberikan.
b.      Peserta didik juga mengeksplor gambar yang akan dijadikan poster digital. Penulis tidak membatasi kreatifitas peserta didik. Gambar dapat berupa ilustrasi atau gambar nyata. Apabila peserta didik mengunduh dari internet, maka peserta didik harus memodifikasinya dan tidak boleh sama persis dengan yang diunduh.
2.      Create
a.       Peserta didik mengunduh aplikasi untuk membuat poster digital, diantaranya Canva, Pictochart, Poster My Wall, Poster Maker & Poster Designer, Corel Draw for Android, Adobe Photoshop, dan lain-lain
b.      Peserta didik membuat kreasi poster digital dengan gambar dan teks penyerta gambar (caption) yang telah ditentukan dalam tahap Explore dengan menggunakan aplikasi yang telah diunduh.
c.       Peserta didik mengunggah hasil kreasi poster digital ke grup Whatsapp.
3.      Display
a.    Secara bergiliran, peserta didik mempresentasikan hasil kreasinya.
b.    Peserta didik lain mengamati hasil karya temannya melalui telepon selular masing-masing dan membuat analisis tentang fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (caption).
c.    Beberapa hasil karya terbaik dicetak dan dipajang di mading sekolah serta akan diunggah di laman website sekolah.

5.        HASIL YANG DICAPAI
Pembelajaran membuat poster digital dengan teks penyerta gambar (caption) membuahkan hasil yang positif di kalangan peserta didik di kelas XII Teknik Komputer dan Jaringan. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena peserta didik dapat menggunakan telepon selular untuk mengeksplor berbagai sumber yang ditemukan melaui internet. 
Peserta didik menjadi lebih kreatif membuat poster digital disertai kalimat teks penyerta gambar (caption). Beberapa diantaranya mulai percaya diri mengunggah foto yang disertai teks penyerta gambar (caption) berbahasa Inggris hasil karya sendiri di status whatsapp dan social media yang mereka miliki.
Aktivitas pembelajaran yang menarik membuat peserta didik lebih bersemangat. Hasil Penilaian Harian untuk “KD 3.5. Menganalisis fungsi social, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks penyerta gambar (Caption) sesuai dengan konteks penggunaannya” meningkat, khususnya untuk penilaian keterampilan “KD 5.8. Menyusun teks penyerta gambar (caption) dengan memperhatikan fungsi social, struktur teks dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks” yang diambil dari pembuatan poster digital secara berkelompok.
Dampak lainnya adalah karakter Nasionalis peserta didik semakin terpupuk melalui tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”. Mereka bersemangat mengembangkan ide nasionalis melalui rancangan gambar serta membuat teks penyerta gambar (caption).
Kegiatan ini juga mendorong peserta didik untuk memupuk jiwa gotong royong dengan cara bertukar ide kreatifitas. Jika terus diasah dengan baik, bukan tidak mungkin kreatifitas semakin berkembang dan selanjutnya dapat menciptakan produk baru yang membutuhkan pemikiran Higher Order Thinking Skill (HOTS) lebih tinggi dalam menguasai literasi digital, seperti pembuatan infografis, dan sebagainya.

6.        KENDALA YANG DIHADAPI
Selalu ada kendala yang akan dihadapi dalam mengatasi sebuah permasalahan. Walaupun hampir semua peserta didik memiliki telepon selular, namun beberapa peserta didik memiliki  paket data internet yang terbatas. Sementara jaringan wifi tidak sampai ke kelas, hanya dapat dijangkau di ruang tertentu seperti laboratorium komputer.
Terbatasnya ruang penyimpanan di telepon selular beberapa peserta didik juga menjadi salah satu kendala lainnya, sehingga peserta didik sulit mengunduh aplikasi terbaru. Selan itu, masih ada beberapa peserta didik yang belum menguasai membuat kalimat teks penyerta gambar (caption). Umumnya keterbatasan kosakata dan kurangnya penguasaan tata bahasa Inggris.
Dalam kegiatan kali ini kendala yang terjadi tidak terlalu signifikan karena penugasan dilakukan dengan cara berkelompok. Peserta didik dapat saling bergotong royong dan bekerja sama untuk menampilkan kelebihan dan menutupi kekurangan kelompoknya.
Sebagai bukti dari penugasan membuat poster digital dengan tema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM” berikut disajikan beberapa desain poster digital yang dihasilkan peserta didik pada penugasan materi teks penyerta gambar (caption).


Gambar 4
Kumpulan Penugasan Poster Digital

Keterangan Anggota Kelompok (mulai dari kiri atas searah jarum jam)
1.    M. Iqbal Ramadhan, Ahmad Kadafi, Novia Anjani, Putri Khoirunnisa
2.    M. Derry Aryanantha, Achmad Abidzar Al Ghifari, M. Farhan, Adrian Oky
3.    M. Nabil Assegaf, Ferdy Amirul Mukminin, Reynaldi Ario Igo, Dimas Bara Suseno
4.    M. Rayhan Ramadhan, Maulana Rafi, Nuzulul Fikri, Raka Ardiansyah
BAB IV
KESIMPULAN

Satuan pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk memperkuat pendidikan karakter. Guru sebagai bagian dari anggota satuan pendidikan mempunyai peranan yang utama untuk menanamkan pendidikan karakter dalam lingkup pendidikan khususnya karakter yang berkaitan dengan identitas bangsa. Karakter yang kuat disertai dengan cara berfikir yang tinggi yang lebih dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) akan membuat seseorang lebih siap untuk mampu bersaing serta mengantisipasi perkembangan zaman.
Pembelajaran dengan materi teks penyerta gambar (caption) secara langsung telah menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter Nasionalis. Melalui tema yang disampaikan dalam penugasan, yaitu “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM”.
Sedangkan tahapan pembelajaran dalam materi teks penyerta gambar (caption) telah mengakomodir Higher Order Thinking Skill (HOTS), sebagai berikut:
a.        Analysing, dilakukan pada saat menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks penyerta gambar (caption);
b.        Evaluating, Dilakukan pada saat menentukan gambar dan teks penyerta gambar (caption) yang akan dijadikan poster digital;
c.         Creating, Dilakukan pada saat membuat gambar poster digital.
Proses kegiatan ini membawa dampak positif bagi peserta didik dalam Penguatan Pendidikan Karakter Nasionalis maupun penerapan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Mereka terlihat antusias menuntaskan penugasan membuat poster digital bertema “SPIRIT OF INDONESIAN NATIONALISM” serta dengan bangga menunjukkan hasil karyanya melalui presentasi kepada teman-temannya.
Harapan yang akan datang, pembelajaran berbasis Penguatan Pendidikan Karakter berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS) akan lebih ditingkatkan dengan tetap berpusat kepada siswa untuk terus melatih cara berfikir siswa agar dapat bersaing untuk memenuhi kebutuhan abad 21.




DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:
Bima, Bachtiar, dkk, “Bahasa Inggris Kelas XII SMK, Mata Pelajaran Wajib”. Klaten: Intan Pariwara, 2018.

Hamruni, “Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan”. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Salls, Holly Shepard, “Character Education”. Lanham: University Press of America: Lanham, 2005.

Mulyasa, “Implementasi Kurikulum 2013 Revisi dalam Era Revolusi Industri 4.0”. Bandung: Bumi Aksara, 2018.

Pusfarini, “Pembelajaran Sains Berbasis Masalah Berorientasi HOTS”. Surabaya: Cipta Media Edukasi, 2018.

Ratminingsih, Ni Made, “Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris”. Depok: Raja Grafindo Persada, 2017.

Setiawan, Oting, dkk, “Buku Teks Pendamping Bahasa Inggris untuk Siswa SMA-MA/SMK/MAK kelas XII”. Bandung: Yrama Widya, 2018.

Suyadi, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter”. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Peraturan-peraturan:
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Internet:
Jatnika,Yanuar. 2017. Ini Pendidikan Karakter yang Digagas Ki Hajar Dewantara. (Online). Tersedia pada: https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 7 Februari 2019.

Koesuma,Doni.Dkk.2017.Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Guru.(Online). Tersedia pada: http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 7 Februari 2019.

_____ 2003. Moral Character. (Online). Tersedia pada http://plato.standford.edu/entries/moral-character/. Diakses pada 8 Februari 2019.

Watanabe, Lee. 2015. Bloom’s Digital Taxonomy Verbs. (Online). Tersedia pada http://globaldigitalcitizen.org/blooms-taxonomy-verbs. Diakses pada 8 Februari 2019.

Benyamin, Herman. 2017. Video SMA: Bahasa Inggris – Caption. (Online). Tersedia pada: http://sumberbelajar.seamolec.org/product. Diakses pada tanggal 9 Februari 2019.

Wachidah, Siti, dkk.2017. English for The Media. (Online). Tersedia pada: http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/course/view. Diakses pada 9 Februari 2019.

___,2018. What is A Poster?. (Online). Tersedia pada: http://artsalive.ca/collections/posters/. Diakses pada 9 Februari 2019.



[2] https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id
[7] http://globaldigitalcitizen.org


 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PEMANFAATAN APLIKASI POSTER DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALIS PESERTA DIDIK BERORIENTASI HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL UNTUK MENGANALISIS, MENGEVALUASI, DAN MEMBUAT CAPTION. (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XII TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA)"

Posting Komentar